Skip to main content

Tembang Macapat, Cerita Dimulainya Kehidupan

Tembang Macapat Maskumambang

Maskumambang menjadi pratanda dimulainya kehidupan manusia di dunia, tembang macapat ini memberi gambaran tentang janin dalam kandungan ibu ketika sedang hamil. Arti kata Maskumambang sendiri banyak yang memaknai sebagai emas yang terapung (emas kumambang), juga sering disebut sebagai maskentir (emas yang terhanyut). 

Sebagai pembuka dalam kelompok tembang macapat, Maskumambang menjadi pratanda dimulainya kehidupan manusia di dunia, tembang macapat ini memberi gambaran tentang janin dalam kandungan ibu ketika sedang hamil. Arti kata Maskumambang sendiri banyak yang memaknai sebagai emas yang terapung (emas kumambang), juga sering disebut sebagai maskentir (emas yang terhanyut).
Kehamilan merupakan proses pembentukan seluruh organ jiwa dan raga sebuah janin, berlangsung selama 280 hari atau 10 bulan atau 40 minggu terhitung dari hari pertama haid terakhir. Para pemuka agama meyakini bahwa ruh ditiupkan pada janin saat berusia 120 hari terhitung sejak bertemunya sel sperma dengan ovum.
Tembang macapat maskumambang banyak digunakan untuk mengungkapkan perasaan nelangsa, sedih, ketidakberdyaan, maupun harap-harap cemas dalam mensikapi kehidupan.

Ciri dari tembang macapat Maskumambang adalah :

  1. Memiliki Guru Gatra : 4 baris setiap bait
  2. Memiliki Guru Wilangan : 12, 6, 8, 8 (artinya baris pertama terdiri dari 12 suku kata, baris kedua berisi 6 suku kata, dan seterusnya…)
  3. Memiliki Guru Lagu : i, a, i, a (artinya baris pertama berakhir dengan vokal i, baris kedua berakhir vokal a, dst..)



embang Macapat merupakan salah satu kelompok tembang yang sampai saat ini masih diuri-uri (dilestarikan) oleh orang Jawa. Ada sebelas tembang dalam macapat, masing-masing memiliki karakter dan ciri yang berbeda, memiliki wataknya sendiri, dan memiliki aturan-aturan penulisan khusus dalam membuatnya.
Aturan khusus tersebut biasa disebut sebagai wewaton (guru/patokan). Dalam macapat terdapat 3 guru yakni guru gatra (banyaknya jumlah baris dalam satu bait), guru wilangan (banyaknya suku kata dalam setiap baris) dan guru lagu (jatuhnya suara vokal dalam setiap baris/dhong-dhing).
Asal-usul macapat sendiri sampai saat ini masih dalam perdebatan. Masyarakat jawa tengah pada umumnya mengetahui macapat ada sejak masa-masa akhir kerajaan Majapahit dan mulai masuknya Islam di tanah jawa. Pada jaman Walisongo tembang macapat banyak digunakan sebagai media dakwah dalam penyebaran agama Islam di tanah Jawa.
Di beberapa sumber menyebutkan bahwa macapat sudah ada sebelum kedatangan Islam, khususnya di Jawa Timur dan Bali. Menurut pakar budaya jawa Poerbatjaraka dan Zoetmulder (Belanda), macapat sebagai puisi asli Jawa lebih tua usianya daripada kakawin.
Di Jawa Tengah, khususnya Solo tembang-tembang macapat banyak digunakan dalam serat-serat dan kasusastran (karya sastra) jawa. Serat-serat tersebut berisi tentang berbagai ajaran budi pekerti, dongeng, cerita wayang, permainan, bahkan berisi doa dan mantra. Kata-kata yang banyak digunakan dalam tembang macapat sebagian besar merupakan bahasa jawa anyar (jawa baru) yang disisipi dengan bahasa jawa kuna.
Banyak tafsir terhadap asal-muasal kata macapat. Ada yang berpendapat berasal dari kata ”mocone papat papat” (membacanya empat empat), ada yang menafsirkan dari kata Maca Asipat (Membaca sifat manusia), dan ada juga yang berpendapat Janmo Koco Asifat(cerminan sifat manusia).
Selain perbedaan tafsir dalam kata “macapat”, perbedaan tafsir juga terdapat dalam beberapa jenis tembang yang ada dalam macapat. Perbedaan tafsir ini secara otomatis akan berpengaruh pada urutan macapat. Misalanya tentang tembang Maskumambang, ada yang menafsirkan janin dalam rahim, namun ada juga yang menafsirkan seorang anak setelah lahir.
Meski terdapat banyak perbedaan tafsir macapat, namun pada aturan-aturan baku tetap sama. Guru gatra, guru wilangan dan guru lagusemua tetap menggunakan patokan yang sama.
Tembang macapat diyakini sebagian besar orang jawa sebagai kelompok tembang yang memiliki makna proses hidup manusia, proses dimana Tuhan memberikan ruh-Nya, hingga manusia tersebut kembali kepada-Nya. Sifat-sifat manusia sejak lahir hingga kematiannya digambarkan dengan runtut dalam sebelas tembang macapat.

Sumber : http://kesolo.com/tembang-macapat-tembang-jawa-kaya-makna/  http://kesolo.com/macapat-maskumambang-cerita-dimulainya-kehidupan/

Comments

Popular posts from this blog

Tembang Macapat Sinom, piwulang (ajaran) dan wewarah (mengajari)

Tembang macapat Sinom merupakan salah satu tembang macapat yang banyak berbicara tentang anak muda yang sedang mengalami pertumbuhan. Di usianya ini biasanya masih dalam proses pencarian identitas, selalu masih bertanya-tanya tentang “siapa aku”, sehingga tidak sedikit para remaja ini akan mencari sosok yang bisa menjadi panutan ataupun teladan bagi dirinya. Dalam tradisi jawa, tembang banyakk dimanfaatkan sebagi sebuah  piwulang  (ajaran) dan  wewarah  (mengajari), tak terkecuali  tembang macapat sinom . Salah satu tembang macapat sinom yang paling populer adalah karya KGPAA Mangkunegoro ke IV (1811-1882 M) yang terdapat dalam Serat Wedatama, Pupuh Sinom, podo 15. Tembang ini sering dikenal dengan nama Sinom Gadhung Melati. Nulada laku utama   (Mencontohlah perilaku yang utama) Tumrape wong tanah Jawi   (Bagi orang di tanah Jawa) Wong agung ing Ngeksiganda  (Orang besar dari Ngeksiganda/Mataram) Panembahan Senopati   (Panembahan Senopati) Kepati amarsudi  (Sangat tekun berusaha

Belajar Memahami Kehidupan dari Kisah cinta yang tertulis di lagu Jawa : DADI ATI

Lagu-lagu Jawa atau langgam memang sudah tidak asing lagi bagi orang jawa. Namun kadang ketika mendengarkannya kita hanya sebatas mendengar saja, tanpa memahami maknanya, padahal dibalik indahnya gending-gending tersebut tersurat dan tersirat makna yang sangat bagus, yang bisa kita ambil pelajaran untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Seperti halnya langgam yang berjudul DADI ATI dibawah ini: Gegaraning wong akrami  Dudu bondho dudu rupo Amung ati pawitane Luput pisan keno pisan Yen gampang luwih gampang Yen angel, angel kalangkung Tan keno tinumbas arto Goleke sing koyo ngopo Wong nyatane kelakon seprene Angger-angger gendra Wekasane malah mbangun tresna Dudu bondo dudu rupa Mung atine dadi tetaline Guyub rukun kadya Pepindhane mimi lan mintuno Wus jamak lumrahe yen wong urip coba lan godhane gedhe Suprandene ora nganti ndadak dadi gawe Rino wengi dadi ati Wong prasojo luhur bebudine Dasare gemati Momong putro alus bebudine Download Langg

Watak, Ciri dan Contoh Tembang Macapat Mijil

Di kalangan masyarakat Jawa, tembang macapat merupakan sebuah lagu daerah yang sangat populer. Lagu atau tembang macapat ini begitu populer dan cukup dibanggakan di kalangan pelestari budaya jawa. Tembang macapat sendiri merupakan bentuk ungkapan atau yang dilagukan dan dipaparkan dalam sebuah ‘pada’ atau paragraf. Tembang macapat sering digunakan sebagai sebuah penggambaran tentang kehidupan sekaligus berisi petuah petuah. Hingga kini, masyarakat suku Jawa terus melestarikan tembang macapat. Di sekolah – sekolah di Jawa, mempelajari tembang macapat menjadi salah satu hal yang hampir selalu diwajibkan. Terutama di sekolah dasar, anak – anak banyak yang diajarkan tentang tembang – tembang Jawa ini, meski secara sederhana dan garis besar. Kesenian Jawa satu ini pun banyak yang masih dipelajari hingga sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas. Di dalam pelajaran tembang macapat, dikenal ada 11 jenis atau judul tembang macapat. Terdapat  11 jenis lagu  dalam temb